Penulis : Fitri Prawitasari | Sabtu, 16 Maret 2013 | 21:00 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Sebagian dari Anda tentu pernah jajan di pinggir jalan atau yang dikenal pula dengan pedagang kaki lima. Ya, pedagang kaki lima yang menjajakan aneka makanan mereka dengan gerobak maupun membuka toko di pinggir jalan, memang pilihan yang tepat saat tiba-tiba lapar datang di tengah padatnya rutinitas.
"Kita akan membawa serta pedagang kaki lima makanan-makanan dari Indonesia di Singapura dan mereka akan jualan beneran." -- Bondan Winarno
"Dari statistiknya, 85 persen makanan yang ada di
dunia ini tersedianya ada di jalanan," ungkap pakar kuliner, Bondan
Winarno, dalam Konferensi Pers World Street Food Congress, di Gandaria
City, Kamis (14/3/2013).
Ia menambahkan, hal ini bukan hanya
terjadi pada masyarakat di Asia, melainkan di banyak negara lain di
dunia pun pedagang kaki lima banyak jumlahnya dan mereka selalu menjadi
pilihan tempat makan favorit masyarakatnya.
"Kalau
kita pergi ke New York pun, itu sudah banyak sekali di New York dan di
negara-negara Eropa apa lagi. Jajan atau makan di pinggir jalan itu
adalah sudah membudaya. Bahkan sekarang sudah muncul food tracks yang istilahnya sudah Muslim, yaitu halal," papar Bondan.
Sayangnya,
keberadaan para pedagang kaki lima ini, khususnya di Indonesia, masih
dipandang sebelah mata. Tak jarang mereka menjadi persoalan karena
dianggap mengotori sebagian jalan.
"Tanpa campur tangan kita, street food (makanan pinggir jalan) akan tetap menjadi lembaga yang kumuh. Nah ini perlu suatu preservasi ya terhadap budaya street food," katanya.
Salah
satu cara untuk bisa mengangkat citra makanan pinggir jalan tersebut,
dengan mengikuti World Street Food Congress (WSFC) yang dalam waktu
dekat akan diselenggarakan di Singapura.
"WSFC inilah yang mau mengangkat derajat itu memberikan suatu pengakuan bahwa street food itu nggak boleh mati. Itu adalah bagian dari culture kita bagian dari tradisi kita," katanya.
Dalam
WSFC yang akan diselenggarakan selama 10 hari, tepatnya 31 Mei-9 Juni
di Kawasan Marina Bay, Singapura, akan ada beberapa jenis jajanan kaki
lima dari Indonesia yang akan diperkenalkan.
"Kita akan membawa
serta pedagang kaki lima makanan-makanan dari Indonesia di Singapura dan
mereka akan jualan beneran. Jadi kalau mereka nggak laku, ya mereka
nggak dapat apa-apa," katanya.
Acara yang akan diikuti pula oleh
para pedagang kaki lima yang berasal dari Asia bahkan Amerika, Bondan
pun yakin bahwa jajanan Indonesia akan laris manis disana.
"Tapi saya yakin sih, di tempat yang seperti itu makanan Indonesia yang kita tampilkan akan jadi winner, akan jadi juara. Dari aromanya saja orang sudah pada ngerubutin," tambah Bondan.
Istilah-istilah dalam kalimat yang kurang tepat:
1. Ya, pedagang kaki lima yang menjajakan aneka makanan mereka dengan gerobak maupun membuka toko di pinggir jalan, memang pilihan yang tepat saat tiba-tiba lapar datang di tengah padatnya rutinitas.
2. Kita akan membawa serta pedagang kaki lima makanan-makanan dari Indonesia di Singapura dan mereka akan jualan beneran.
3. Tanpa campur tangan kita, street food (makanan pinggir jalan) akan tetap menjadi lembaga yang kumuh.
4. Salah satu cara untuk bisa mengangkat citra makanan pinggir jalan tersebut, dengan mengikuti World Street Food Congress (WSFC) yang dalam waktu dekat akan diselenggarakan di Singapura.
5. WSFC inilah yang mau mengangkat derajat itu memberikan suatu pengakuan bahwa street food itu nggak boleh mati.
6. Jadi kalau mereka nggak laku, ya mereka nggak dapat apa-apa.
7. Acara yang akan diikuti pula oleh para pedagang kaki lima yang berasal dari Asia bahkan Amerika, Bondan pun yakin bahwa jajanan Indonesia akan laris manis disana.
8. Tapi saya yakin sih, di tempat yang seperti itu makanan Indonesia yang kita tampilkan akan jadi winner, akan jadi juara. Dari aromanya saja orang sudah pada ngerubutin.
Istilah yang seharusnya digunakan dalam kalimat-kalimat di atas adalah:
1. Ya, pedagang kaki lima yang menjual aneka makanan mereka dengan gerobak maupun membuka toko di pinggir jalan, memang pilihan yang tepat saat tiba-tiba lapar datang di tengah padatnya rutinitas.
2. Kita akan membawa serta pedagang kaki lima makanan-makanan dari Indonesia di Singapura dan mereka akan jualan seperti biasanya.
3. Tanpa adanya peran dan dukungan dari kita, street food (makanan pinggir jalan) akan tetap menjadi lembaga yang kumuh.
4. Salah satu cara untuk bisa mengapresiasikan makanan pinggir jalan tersebut, dengan mengikuti World Street Food Congress (WSFC) yang dalam waktu dekat akan diselenggarakan di Singapura.
5. WSFC inilah yang mau mengapresiasikan pedagang kaki lima itu untuk memberikan suatu pengakuan bahwa street food itu tidak boleh ditiadakan keberadaannya.
6. Jadi kalau dagangan mereka tidak ada yang membeli, maka mereka tidak akan mendapatkan hasil atau uang.
7. Acara yang akan diikuti pula oleh para pedagang kaki lima yang berasal dari Asia bahkan Amerika, Bondan pun yakin bahwa jajanan Indonesia akan digemari disana.
8. Tapi saya yakin sih, di tempat yang seperti itu makanan Indonesia yang kita tampilkan akan jadi winner, akan jadi juara. Dari aromanya saja orang sudah pada menyukai.
No comments:
Post a Comment